Sejarah Kota Bandung
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai
kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui
Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan
surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan
prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan
sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat
status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada
tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan
bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah
menjadi luas wilayah saat ini.
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24
Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan
sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal
dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo
Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian
penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung
Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl. Asia Afrika, sekarang),
berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya
Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005
diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.
Comments
Post a Comment